Saturday 11 January 2014

Perkembangan Dakwah Salaf Di Indonesia

0 komentar
Perkembangan Dakwah Salafiyah Di Indonesia Oleh Ustadz Abdurrahman bin Abdul Karim At-Tamimi hafidhahullah Disampaikan tgl 13-15 jumadil Akhir 1425 H/1-3 Juli 2004 M di Markaz Al Imam Al Albani di Jordania Setelah memuji Allah
dan bershalawat kepada nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam, beliau menyampaikan makalahnya
sebagai berikut :
Yang mulia, para Syaikh .....,
Yang mulia Syaikh kami Asy-Syaikh Salim bin Id
al-Hilali Direktur Markaz Al Imam Al-Albani dan
para anggotanya yang aktif serta kepada
saudara-saudaraku yang hadir dari kalangan
para ulama yang mulia, dan saudara-saudaraku
para penuntut ilmu.
Saya mengucapkan penghormatan kepada anda
sekalian dengan penghormatan Islami :
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu.
Sungguh sangat menggembirakan dan
membahagiakan diri saya karena dapat berdiri di
tempat yang mulia ini dan pertemuan yang
diberkahi ini dengan izin Allah Subhanahu wa
Ta'ala dengan membawa salam dari saudara-
saudara anda, salafiyyin di Indonesia,
sebagaimana hal ini wajib bagi diri saya sebagai
wakil dari Ma'had kami, Ma'had Al Irsyad Al
Islami beserta seluruh salafiyyin di Indonesia,
agar saya berterima kasih kepada Markaz kita,
Markaz Al Imam Al Albani, terutama kepada
direkturnya Syaikhuna Asy Syaikh Salim bin Id Al
Hilali hafidhahullah (semoga Allah menjaga
beliau) yang telah memuliakan kami dengan
mengundang kami untuk ikut serta pada
Muktamar yang diberkahi ini, dan mengizinkan
kami ikut andil dalam memberikan beberapa
patah kata yang berjudul :
"Perkembangan Dakwah Salafiyyah Di Indonesia"
dengan pertimbangan bahwa Negara Indonesia
adalah Negara Islam terbesar, ditinjau dari
jumlah penduduknya yang beragama Islam.
Saya berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala
Yang Maha Mulia lagi Maha tinggi agar Dia
memberkahi kesungguhan beliau dan saudara-
saudara beliau dalam meninggikan dakwah yang
diberkahi ini, yang mana kita hidup dari
kemuliaan dakwah ini. Dan kami memohon
kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar
mematikan kami diatas dakwah ini, dan agar Dia
memberkahi Markaz Al Imam Al Abani ini yang
darinya terpancar cahaya keimanan,
ketentraman dan keamanan.
Mengawali ceramah ini saya katakan : "Tidaklah
diketahui secara pasti awal mula masuknya
agama Islam ke negeri Indonesia dan pulau-
pulau disekitarnya." Pendapat para ahli sejarah
berbeda-beda tentang sejarah timur jauh . Dan
yang paling mendekati kebenaran, bahwasanya
awal mula masuknya agama Islam dan
penyebarannya terjadi pada akhir abad pertama
hijriyah, dengan perantaraan para pedagang
Arab yang datang dari selatan semenanjung
Arab.[Lihat kitab yang dikarang Arnold The
Preaching of Islam hal 262 terbitan London
1913M]
Al Ustadz Arnold berkata : "Sesungguhnya Islam
dibawa ke Asia tenggara oleh orang-orang Arab
pada abad -abad pertama hijriyah." Disebutkan
dalam kitab “Nukhbatul Dahri” karya
Syamsyuddin Ubaidillah Muhammad bin Tholib
Ad Dimasyqi yang terkenal dengan julukan
“Syaikhur Robwah” wafat pada tahun 727 H :
"Sesungguhnya agama Islam sampai di jazirah
Indonesia pada tahun 30 H).”
Seorang petualang asal Irak yang bernama
Yunus Bahri berkata dalam buku hariannya, yang
teksnya : "Pertama kali penguasa beragama
Hindu dari kalangan kerajaan Pajajaran masuk
Islam, dan keislamannya adalah pembuka era
yang baru bagi tersebarnya agama Islam."
Dan sejarah memberitakan kepada kita
bahwasanya kerajaan Islam yang pertama,
berdiri di Demak dengan dukungan para ulama
yang bermadzhab Syafi'i.
Beberapa riwayat mengatakan sesungguhnya
para penguasa pemerintahan di Demak adalah
yang menghancurkan patung-patung dan
membuangnya di tengah lautan.
Sungguh telah bersinar bintang kerajaan Demak
pada tahun 1478 M hingga tahun 1546 M. Dan
Demak (dahulu) adalah pusat bagi para
penguasa Islam di Jawa. Dan bisa jadi
tersebarnya madzhab Syafi’i di Indonesia dan
Hadromaut memberikan kepada kita bukti yang
pasti bahwa orang-orang yang membawa
agama Islam ke Indonesia adalah para
pedagang Hadromaut.
Adapun faktor-faktor yang membantu
tersebarnya agama Islam dengan cepat di
Indonesia dan pulau-pulau sekitarnya dapat
diringkas dengan beberapa hal berikut ini :
[1]. Mudahnya agama Islam, tidak terdapat hal-
hal yang rumit bagi seseorang yang berkeinginan
memeluk agama Islam.
[2]. Jernihnya hati penduduk Indonesia dan
fitrah mereka yang siap untuk memeluk agama
Islam.
[3]. Pernikahan yang terjadi antara orang-orang
Arab dengan penduduk Indonesia.
[4]. Akulturasi bangsa Arab dengan penduduk
Indonesia dan pergaulan mereka dengan
penduduk Indonesia seperti saudara sekandung.
Berlalulah tahun demi tahun, dan hubungan
antara para pendatang dan penduduk Indonesia
dalam keadaan semakin baik. Akulturasi
penggabungan budaya) semakin bertambah
mendalam pada awal-awal pertengahan kedua
pada abad ke-20, dimana seorang Arab tidak
datang dengan Istrinya ke Indonesia, namun
Setiap pendatang menikah dengan penduduk
setempat.
Dan sungguh hijrahnya orang-orang Arab dari
selatan Arab ke Indonesia adalah termasuk
hijrah yang terbesar jika dilihat dari jenisnya.
Merupakan suatu keniscayaan, pendatang dari
Hadromaut yang beragama Islam akan
mendapatkan gangguan dan perlawanan dari
penduduk Indonesia, terlebih lagi dari para
penguasa dan pemuka mereka, namun hati
penduduk Indonesia masih didominasi oleh
keluguan dan bahkan bersikap loyal terhadap
mereka. Mereka tidak melihat dari para
pendatang Hadromaut sesuatu yang perlu
diwaspadai dan mengeruhkan suasana.
Sebenarnya, orang-orang Hadromaut itu pada
asalnya tidak datang ke negeri Indonesia untuk
mendirikan sebuah negara atau menyebarkan
agama. Tujuan yang paling utama bagi mereka
adalah berdagang dan mencari rezki. Kemudian
para pedagang itu dengan fitrah mereka yang
sabar, keras, cerdas, rajin dan amanah dalam
bermuamalah, jujur dalam berkata, mampu
membuat jalan mereka di negeri yang jauh ini.
Hingga pada suatu masa mereka mampu
menguasai perdagangan dan mengokohkan
markaz mereka dan “meluncur cepat” diantara
para penduduk yang berbeda jenis, bahasa,
agama, akhlak dan adat-istiadat dengan
mereka.
Kemudian pemerintahan Belanda menyempitkan
mereka, pemerintahan Belanda bersikap keras
dalam penerapan hijrah atas orang-orang
Hadromaut. Pemerintahan Belanda
mengumpulkan mereka dalam suatu daerah
khusus serta tidak memperbolehkan mereka
berpindah dari satu daerah ke daerah lainnya
melainkan dengan izin khusus dan setelah susah
payah memperolehnya. Sikap keras dan tekanan
ini berjalan bertahun-tahun.
Pada tahun 1916 M, pemerintahan Belanda
memberikan semacam kebebasan. Dan pada
tahun 1919 M, pemerintah Belanda mencabut
tekanan itu dan memberikan kebebasan bagi
mereka berpindah dari satu kota ke kota lainnya,
dari satu desa ke desa lainnya, dari satu pulau
ke pulau lainnya tanpa ada kesulitan yang
mereka jumpai dihadapan mereka. [Lihat kitab
“Tarikhul Irsyad fi Indonesia”, oleh Ustadz
Sholah Abdul Qadir Bakri hal 10-12]
Dengan berlalunya masa, rusaklah tauhid di
negeri Indonesia ini, yang mana tauhid
merupakan kekuatan dan pokok dakwah Islam,
dan masuklah ke dalam Islam berbagai syubhat
(kesamaran) dan kerusakan.
Kuburan-kuburan para wali didatangi orang-
orang bodoh untuk berziarah kepadanya, para
wanita bernazar untuknya, orang awam meyakini
bahwasanya kuburan-kuburan itu mampu
memberi manfaat dan memberi mudharat,
thariqoh sufiyyah meliputi seluruh negeri,
fanatisme madzhab telah mencapai puncaknya
maka kebodohanpun merata, kegelapan
menguasai, ditambah lagi kegelapan penjajahan
Belanda - pada waktu itu - yang melemahkan
negeri Indonesia dibawah belenggunya.
Akan tetapi Allah tidak menginginkan melainkan
Dia sempurnakan cahaya-Nya. Allah
memunculkan untuk negeri ini seorang lelaki
shalih, seorang reformis yang datang dari negeri
Sudan pada bulan Rabiul Awwal 1329, yang
menyeru manusia kepada tauhid, memerangi
kesyirikan, khurafat, bid'ah dan ta'ashub
terhadap madzhab, beliau adalah Syaikh Ahmad
bin Muhammad As Syurkati - rahimahullah - .
Dakwah beliau meliputi seluruh negeri, dan
beliau telah mencetak kader yang menolong dan
membantu dakwah beliau diseluruh jazirah
Indonesia. Syaikh Ahmad Syurkati terpengaruh
dengan dakwah Syaikhul Islam Muhammad bin
Abdul Wahhab - rahimahullah - dan juga Syaikh
Muhammad Rasyid Ridha - rahimahullah -
beserta majalahnya “Al Manar”. Beliau
mengarang , mengajar, dan membangun
"Madrsasah Al-Irsyad" pada tahun 1914 M.
Akan tetapi musuh-musuh beliau dari kalangan
pengikut thariqot Sufiyyah dan aliran bid'ah
memerangi, memusuhi, dan menghalangi
dakwah beliau. Namun hal itu tidak mengusik
beliau, dan beliau terus berdakwah hingga Allah
mewafatkan beliau pada tanggal 16 Ramadhan
1326, semoga Allah merahmati beliau seperti
rahmat-Nya kepada orang- orang yang berbakti.
Akan tetapi sebagai sebuah amanah ilmiyyah
dan sebuah sejarah kami tidak mengatakan,
bahwa dakwah Syaikh Ahmad Syurkati adalah
dakwah salafiyyah yang murni, yang mana hal
ini dikarenakan lemahnya penyebaran dan
pondasi dakwah salafiyyah pada saat itu, hanya
saja dakwah beliau telah mempersiapkan jalan
untuk kepada dakwah salafiyyah yang murni,
dimana pada pemikiran beliau terdapat sebagian
hal-hal yang menyelisihi dan menyimpang dari
aqidah salafiyyah, seperti pengingkaran beliau
akan datangnya Al Mahdi, dan turunnya nabi Isa
-alaihissalam - yang telah jelas kebenaran
dalilnya dengan pasti dalam Al Qur'an dan
sunnah nabi yang shahih. Akan tetapi kita tidak
melupakan keutamaan beliau dan keutamaan
Syaikh Muhammad Rasyid Ridha dan
majalahnya "Al Manar" dalam pencerahan akal-
akal kaum muslimin yang bodoh terhadap
agama mereka dan memerangi bid'ah, kesyirikan
dan sikap beliau berdua yang membuang
fanatisme madzhab serta dakwah mereka (yang
menyeru) untuk berpegang teguh kepada Al
Qur'an dan sunnah yang shahih sesuai dengan
pemahaman Salaful Ummah.
Keadaan ini terus berlangsung demikian hingga
penjajahan Belanda pergi dan membawa
kekuasaannya dari negeri Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945 M. Sesudah itu
datanglah bibit- bibit penjajahan Belanda dari
kalangan orang-orang sekuler dan atheis, yang
mana mereka memerintah negeri ini dengan
menyempitkan ruang gerak kebebasan beragama
kaum muslimin, hingga sirnalah mendung dan
pudar bala bencana dengan perginya
pemerintahan Sukarno serta gagallah
pemberontakan komunis di negeri ini pada tahun
1965 M, yang demikian ini merupakan karunia
Allah semata, dan segala puji bagi Allah yang
dengan nikmat-Nya sempurnalah segala
kebaikan.
Kemudian datanglah sesudah itu era kebebasan
berdakwah, hanya saja yang sangat disayangkan
bahwa dakwah salafiyyah sangat disayangkan
tidak ikut serta di medan dakwah ini
dikarenakan tidak adanya para dai salafiyyin
yang mampu - kecuali mereka yang dirahmati
Allah -. Hingga dibuka di Jakarta pada tahun
1401 H, bertepatan pada tahun 1981 M, Ma'had
yang metodenya mengikuti Universitas Al Imam
Muhammad bin Suud Al Islamiyyah di Riyadh,
dan banyak penduduk negeri ini yang sekolah
padanya, namun sangat disayangkan lulusan
dari Ma'had ini tidak mengetahui banyak
tentang hakekat manhaj salaf, kebanyakan
mereka berakidah salafiyyah - sesuai dengan
pelajaran yang diajarkan di negeri mereka-
hanya saja manhaj mereka Ikhwani
(berpemahaman ikhwanul muslimin) yang
menyimpang, bahkan banyak diantara mereka -
sesudah itu - bergabung dengan kelompok-
kelompok (hizbiyyah) Islam di negeri ini, dan
yang berada pada barisan terdepannya adalah
partai keadilan "Al Ikhwani,” dan mereka menjadi
pemimpin pada partai ini.
Negeri Indonesia belumlah lama mengenal
dakwah salafiyyah yang murni dan benar, tidak
lebih dari 10 tahun yang lalu melalui perantaraan
sebagian putra-putra Indonesia yang lulus dari
Universitas Islam Madinah, dan mereka
terpengaruh dengan para ulama salafiyyin di
Madinah sedangkan mereka itu sedikit.
Pengaruh yang jelas dan penyebaran yang luas
dakwah salafiyyah ini juga timbul dari
penyebaran dan penerjemahan kitab-kitab
salafiyyah ke dalam bahasa Indonesia dari para
ulama salaf, baik yang lampau maupun ulama
pada saat ini. Dari buku-buku itulah mereka
mengenal manhaj salaf yang benar. Berada pada
bagian yang terdepan dalam hal ini adalah
kitab-kitab Syaikhuna Al Imam Sayyidul
Muhadditsin (Pemimpin ahli hadits) zaman ini,
Abu Abdurrahman Muhammad Nashiruddin Al
Albani dan murid- murid beliau yang muhkhlis,
kemudian buku-buku Al Allaamah Syaikh Abdul
Aziz bin Abdullah bin Baz dan Al Allaamah Al
Imam ahli fikih zaman ini Syaikh Muhammad bin
Shalih Al utsaimin. Sungguh kitab-kitab,
karangan-karangan dan fatwa-fatwa mereka
tersebar di seluruh jazirah Indonesia, dan
penduduk negeri ini benar-benar mendapatkan
manfaat darinya. Selain itu, demikian pula kitab-
kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan murid
beliau Al Imam Ibnu Qoyyim Al Jauziyah dan
kitab-kitab Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul
Wahhab dan anak-anak beserta cucu-cucu
beliau yang shalih. Dan dapat saya katakan
bahwa kitab-kitab salafiyyah pada saat ini
adalah kitab- kitab Islam terbesar yang tersebar
di Indonesia - segala puji bagi Allah atas
karunia-Nya.
Para da’i Salafiyyin menegakkan dakwah dengan
semangat dan penuh kesungguhan, mereka
berkeliling di Jazirah Indonesia, baik kota
maupun desanya, dan mereka membangun
sekolah-sekolah dan pondok pesantren
salafiyyah di beberapa tempat sehingga
tersebarlah dakwah salafiyyah sebagaimana
menjalarnya api pada rumput kering.
Manusiapun menerima dakwah yang murni dari
sikap berlebih-lebihan bersikap ekstrim ini,
dengan penerimaan yang baik.
Mereka (para da’i) salafiyyah ini tidak mencari
kenikmatan dunia yang fana, tidak menginginkan
kursi-kursi kekuasaan dan tidak pula bermain
dalam hidangan politik, akan tetapi keinginan
mereka adalah mendidik generasi dengan
pendidikan Islam yang benar diatas dasar
“tasfiyyah” (Pemurnian) dan
“tarbiyah” (Pendidikan) yang memurnikan
pemikiran-pemikiran yang mencemari agama
yang lurus ini berupa bid'ah dan khurafat,
dengan menumbuhkan, mendidik dan
mengembalikan generasi ini sebagaimana
generasi terbaik,karena tidak akan baik umat ini
hingga mereka beragama sebagaimana generasi
yang pertama. Tidaklah suatu kota, atau desa di
Indonesia sekarang ini, melainkan padanya
terdapat dakwah salafiyyah, sedikit atau banyak.
Namun dakwah salafiyyah ini menemui berbagai
rintangan yang merintangi jalannya, dan
demikianlah keadaan dakwah yang benar
(senantiasa mendapat rintangan) dan demikian
juga dakwah para rasul dan nabi. Penghalang
terbesar yang muncul adalah dari kaum hizbiyyin
(mereka yang fanatik pada kelompoknya) baik
dari kalangan "Quthbiyyin" (mereka yang
mengikuti pemahaman Sayyid Qutb) atau
"Sururiyyin" (mereka yang mengikuti
pemahaman Muhamad Surur) maupun
"Takfiriyyin" (mereka yang dengan mudah
mengkafirkan tanpa petunjuk ulama), demikian
juga dari kalangan orang-orang sekuler, thoriqot
suffiyyah dan aliran-aliran bid'ah lainnya.
Akan tetapi yang paling menyayat-nyayat jiwa
kami adalah sebagian orang yang menisbatkan
diri mereka kepada dakwah salafiyyah, akan
tetapi hakikatnya mereka adalah orang-orang
yang berbuat "ghuluw" (menyimpang dan
berlebih-lebihan dalam agama) dan ekstrim,
yang mana mereka memusuhi kami lantaran
hasad dan dengki yang telah memakan hati
mereka. Padahal mereka itu masih anak-anak
yang masih ingusan lagi bodoh.
Sungguh mereka telah menjauhkan manusia dari
dakwah salafiyyah yang haq ini, akibat perangai
mereka yang buruk dan dakwah mereka yang
kasar lagi jelek. Tidaklah seorang menyelisihi
mereka, sekalipun itu dari teman-teman mereka
sendiri, melainkan mereka membid'ahkannya dan
mengucilkannya dari pergaulan dengan mereka….
Akan tetapi segala puji bagi Allah, kekuatan
mereka hancur berkeping-keping sehingga hilang
dan lenyaplah kekuatan mereka. Tersingkaplah
keburukan mereka, permusuhan diantara mereka
sendiri sangat sengit, mereka bercerai-berai, dan
ini adalah pelajaran bagi orang yang mau
mengambil pelajaran. Sesungguhnya Allah tidak
akan memperbaiki perbuatan orang-orang yang
merusak. Sekalipun mereka melakukan suatu
perbuatan yang mereka inginkan untuk
mengelabui manusia…dan sekalipun mereka
merubah kulit-kulit (baju-baju) mereka untuk
menjelekkan dan mengacaukan.. dan sekalipun
mereka membaguskan penampilan mereka,
untuk menyembunyikan kejelekan mereka.
Semua itu - dan selainnya - sekali-kali tidak
akan ada kelangsungannya atau perbaikannya,
sekali-kali tidak akan berjalan bersamanya amal
kebenaran yang jelas, justru ia akan hilang dan
meleleh serta tidak akan kembali. (lihat tulisan
Syaikhuna Abul Harits Ali bin Al Hasan Al Atsari
di Majalah Al Ashalah edisi 32 hal. 10)
Dan adalah, dengan diadakannya "Daurah
Syariyyah tentang Aqidah dan Manhaj" oleh
Ma'had kami, Ma'had Ali Al Irsyad Al Islami
yang bekerjasama dengan Markaz yang mulia
ini, mempunyai dampak positif yang nyata/
produktif dalam menyebarkan dakwah Salafiyyah
dan memahamkan aqidah yang benar kepada
manusia, dan juga "manhaj" (metode) yang
benar, serta berdakwah dengan hikmah dan cara
yang baik, jauh dari sikap “ghuluw” (berlebih-
lebihan) dan melampaui batas. Telah ikut serta
dalam Daurah tersebut, para ulama yang mulia,
mereka adalah :
[1].Yang Mulia Syaikhuna Syaikh Muhammad bin
Musa Alu Nashr
[2].Yang Mulia Syaikhuna Syaikh Salim bin Id Al
Hilali
[3].Yang Mulia Syaikhuna Syaikh Ali bin Hasan
Al Halabi Al Atsari
[4].Yang Mulia Syaikhuna Syaikh Mashur bin
Hasan Alu Salman
Mereka telah menyampaikan ceramah-ceramah,
pelajaran-pelajaran, pertemuan-pertemuan yang
bermanfaat sekali bagi para penuntut ilmu
(semoga Allah membalas kebaikan bagi mereka)
dan banyak manusia telah mendapatkan
manfaat dari mereka. Daurah tersebut telah
berlangsung selama tiga tahun (segala puji bagi
Allah).
Inilah ringkasan bahasan yang singkat tentang
perkembangan dakwah salafiyyah di Indonesia,
yang saya menulisnya dengan tergesa-gesa,
semoga saya diberi petunjuk padanya, dan
segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya
sempurnalah segala kebaikan.
Terakhir, saya mohon kepada Allah Subhanahu
wa Ta'ala agar memberi petunjuk kepada para
syaikh-syaikh kami yang mulia, dan juga kepada
para saudara-saudara kami yang mengadakan
pertemuan ini, dan agar Dia meninggikan panji
salafiyyin.
Allah-lah yang menolong dan kuasa atasnya.
Dan akhirnya kami ucapkan, alhamdulillahi rabbil
alamin.
[Disalin dari Majalah Adz-Dzakhiirah Al-
Islamiyyah, Edisi 10/Th II/2004/1425H. Penerbit
Ma’had Ali Al-Irsyad, Jl Sultan Iskandar Muda
No 45 Surabaya]